Jumat, 05 April 2013

Q lihat perjuangan Dy...

     Siang ini begitu enggak semangatnya diriku..Setelah menerima telfon dari Eko. Setelah perpisahan kami, dy akhirx nelfon juga. Dy bilang dy kangen ngobrol dan dengar suara aku.. Ya Allah aku juga..dalam hatiku pun berkata seperti itu. Begitu terasa kali cinta dan sayangnya ke aku. Dy bilang kapan rencananya pernikahan aq. Akupun tak bs mastiin, tergantung orangtua. Sambil ngomong dengan dy, enggak terasa air mataku mengalir begitu aja. Dy bilang mau memperjuangkan hubungan ini, mau ngobrol sama kedua orangtuaku. Pengen bilang kasih dy kesempatan 3 tahun untuk bisa mapan. Dy yakin bisa. Tapi langkah awalnya harus aku yang bilang unek - unek klo aku gak bisa sama orang yang dijodohkan ke aq. Dan aku juga gak pengen dy ngomong ma orangtuaku, takutnya mama akan marah - marah dan (ngata - ngatain) Dy. Aq enggak mau klo sampai terjadi.
     Sebenarnya aku yang gak mampu berjuang, aku yang gak yakin mama bisa menyetujui aq. Makanya demi menyenangkan hati kedua orangtuaku, aq terima perjodohan ini. Aku mencoba PDKT dan mengenal lebih dekat siapa abg itu. Aq galau, tidak bisa berpikir jernih lg. Disatu sisi aq melihat kegigihan Eko dan cara dy mencintai aku, bagaimana dy masih ingin memperjuangkan aq, rasanya hatiku miris, aq goyah, pengen kembali lg padanya. Pengen memperjuangkannya, tapi disatu sisi aku begitu lemah untuk membicarakannya dengan mama. aku takut mama marah, kecewa, dan sedih. Karena ini dah serius. Takut ntarnya malah jelek tanggapan orang ke mama karena aku menolaknya. Masalahnya aku sudah bertemu dengan keluarganya, sudah mulai memasuki hubungan yang serius. Walaupun aku gak tahu apa aku bisa serius ma bg tu. Abg itu baik, perhatian sepertinya. Tapi ini dah masuk tahap serius aku gak bisa mundur, dari awal aku dah memutuskan menerimanya. Maka aku harus konsisten terhadap keputusan awalku. Memikirkan ini buat kepalaku pusing.
     Dy juga bilang pernikahan itu sesuatu yang sakral, apa aku mampu bertahan. Kalau bisa pernikahan itu kan sekali seumur hidup. Nanti marasai badan apa gunanya  kalau enggak bahagia. Benar apa yang dy bilang, tapi aku enggak bisa, enggak kuat untuk menolak perintah mama, banyak yang aq pikirin, sampai kebahagianku enggak jadi prioritas lg. Hanya kebahagiaan mama n papa yang aku pikirin. Karena mama sudah enggak bisa berharap pada uni. Dan aku pengharapan mama lagi, yang bisa patuh sama mama. Kadang aku mikir, Ya Allah apa benar keputusan hamba, apa tidak ada jalan lain yang tidak menyakiti kedua orang yang aku cintai (kedua orangtuaku dan Dy). Apa pilihan ini yan terbaik untukku? Klo abg itu yang jadi jodohQ, kenapa aku dipertemukan dengan Dy klo akhirnya tidak bersama dalam ikatan pernikahan?Kenapa ya Allah? Sesungguhnya Hamba tidak mengetahui rahasiaMu ya Allah. Hamba tidak tau yang menurutMu terbaik untuk hamba.
     Aku gak sanggup menceritakannya lagi. Dan kututup cerita ini saat kepala diserang rasa sakit yang sangat sakit...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar